Kamis, 17 Oktober 2013

Disleksia, Apa sih Itu?

Disleksia, Apa sih Itu?  Sebenarnya ini sih bukan suatu hal yang luar biasa, Disleksia. Ya, aku ternyata mengidap kelainan ini. Pada awalnya sih ga ngeh dengan nama penyakit ini. Aku merasa baik-baik saja ko', insya Allah jiwa ragaku sehat juga. Mungkin karena kini aku berkecimpung di dunia penulisan, jadi hal seperti ini baru diketahui. Mungkin juga setelan santer di media tentang orang orang yang mengidap kelainan ini.

Secara lebih khusus, saya biasanya mengalami masalah masalah berikut:


* Masalah fonologi

Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau keliru memahami kata kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima lupuh”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.


* Masalah mengingat perkataan

Menurut penelitian disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Sulit menyebutkan nama teman-teman dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mampu menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.


* Masalah penyusunan yang sistematis / sekuensial

Saya mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan angka. Saya sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya (dulu) lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan. Padahal orang tua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Dulu saya mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.


* Masalah ingatan jangka pendek

Saya waktu kecil mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka kemungkinan besar saya tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan beliau.


* Masalah pemahaman sintaks

Saya juga sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Saya mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: baju merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan .


Dan inilah hal yang seringkali saya alami:

-Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya

-Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay

-Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’

-Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya

-Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).

-Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”)

-Tdak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai

-Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama, minat-minta)

-Daya ingat jangka pendek yang buruk

-Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar

-Tulisan tangan yang buruk *Ssst, jangan bilang sama yang lain,ya?* hehe..

-Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung

-Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek

-Kesulitan dalam mengingat kata-kata

-Kesulitan dalam diskriminasi visual

-Kesulitan dalam persepsi spatial

-Kesulitan mengingat nama-nama

-Kesulitan memahami konsep waktu

-Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan

-Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol

-Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari hari

-Kesulitan membedakan kanan kiri dan ini masih berlaku sampai sekarang
(oh emji* ga banget deh)

Sembuh?

”Ketidak mampuan” di masa kecil yang nampak seperti ”menghilang” atau ”berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksia nya telah sembuh namun karena saya berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksianya, walau terkadang sekarangpun masih sesekali melakukan kesalahan.


"Yaitu baca buku dari bagian belakangnya dulu. Jarang membaca dari awal. Ini salah satu solusi yang yang saya pakai. Dan sekarang, saya mampu baca novel tebal atau biografi, cuma butuh semalam dan tuntas.

33 komentar:

  1. Terima kasih artikelnya yang menambah pengetahuan saya
    Alhamdulillah saya tidak mengalami kesulitan serupa ketika kecil
    Sering menulis mungkin juga bisa menghilangkan kesulitan itu ya Jeng
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya pak'dhe.. musti sering sering nulis,, tuh kalo saya baca dengan seksama tulisan di atas tetep aja ada typonya.. padahal perasaan udh secermat mungkin baca berulang ulang..

      Hapus
  2. dari penjelasan yang panjang lebar begini... gak keliatan tuh disleksianya....
    semoga dengan menulis jadi lebih baik lagi...
    semangat terus ya mbak...
    salam..

    BalasHapus
  3. satu tambahan ilmu lagi. Saya pernah penasaran dengan istilah disleksia ini, ternyata seperti apa yg sudah mbak paparkan ini. Semoga anak2 yg kini menyandang disleksia juga bisa menemukan solusinya ya mbak. Terima kasih sharingnya mbak, salam kenal dari Bogor :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih mba zaff, tapi ini bukan penyakit ko.. hanya ketidaksingkronan antara hati dan pikiran..
      salam juga dari Bandung

      Hapus
  4. Subhanallah... Mbak Yuli luar biasa... Dengan disleksia bisa menghasilkan tulisan-tulisan indah. Salut mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahaay.. asik nih dipuji ma mba Niken..*cepet-cepetngaca* lho..

      Hapus
  5. saya baru tahu tentang disleksia lewat tulisan mbak yuli..trimakasih sharingnya ya mb..
    salut banget sm mb yuli yg tetap semangat menulis..
    salam manis :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama sama mak Enny..inilah bentuk suatu kelainan bukan penyakit parah ko..
      salam manis lagi deh :D

      Hapus
  6. Mak, nggak kelihatan blas lho kalo kamu disleksia. Nulisnya runtut dan gampang dipahami gitu.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.. butuh perjuangan keras nih buat nulisnya, secara banyak editan setelahnya..;)

      Hapus
  7. Subanallah bisa mengatasi kesulitannya karena disleksia ..... terus terang anak saya juga sempat dijudge disleksia oleh seorang psikolog dari rusia, karena memang beberapa ciri mbak sebutkan diatas ada padanya. Alhamdullilah saya telateni, InsyaAllah saat ini dia sangat lancar membaca dan cuma b dan d saja yang masih sering tertukar. Saya cuma suruh dia ingat dengan kata ajaib "B means Belly".
    @Ferdy Bookelmann

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayoo mak.. jangan takut ini bukan penyakit ko.. :))

      Hapus
  8. waaaah...saya harus segera sharing ini dengan suami tercinta, karena sepertinya my hubbyanmemiliki masalah yang sama...thanks for sharing mba..dan salam kenal jugaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah loh, masih banyak waktu buat meminimalisir, mumpung masih kecil mak..
      salam kenal balik..:))

      Hapus
  9. Salam kenal, Mak. Tulisannya bagus dan rapih. Salut untuk Mbak Yuli. Terma kasih untuk sharenya :).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal lagi deh buat mak Khalida.. *ngedip-ngedip*.. jadi maylu neh..

      Hapus
  10. Kalau Saya termasuk memiliki penyakit daya ingat jangka pendek (short term memory)
    Salam kenal mbak

    BalasHapus
  11. Top (y). Mksh sharingnya. Penting banget ini untuk saya :).

    BalasHapus
  12. mba mau nanya apakah disleksia itu bisa dari genetic? soalnya saya punya murid yang kakaknya pun sama seperti murid saya ini, hanya ketika ditanyakan pada orangtuanya bahwa tidak ada dari keturunan siapapun dikeluarganya seperti kedua anaknya?? lantas saya bingung orangtua mereka bilang bahwa itu bukanlah disleksia melainkan mereka hanya gugup dan pemalu, namun seiring waktu yang terus berjalan selama saya mengajar ciri2 disleksia itu ada pada murid tsb. mohon bantuannya mba, terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba, kadang orang tua tidak mengerti apa itu disleksia, karena tidak ada ciri fisik hanya ada pada kekurangan dipenulisan dan ingatan saja. Betul ini penyakit genetik. Dan mungkin si orang tua tidak menyadari ini.. sayapun mengalaminya, anak yang sulung sama disleksia juga.. tapi ga usah jadi problem, butuh kesabaran lebih dalam mendidik anak-anak seperti saya..

      Hapus
  13. Tuh, kan, Mbak. Sebagian pernah aku alami. Jadi sedih gini.... :(((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga usah sedih mak Isti, ini bukan penyakit ko, hanya suatu bentuk kelemahan semata.. yang penting kita masih bisa membuat karya, apapun itu,, ayoo kita sama-sama semangat.. hehehe

      Hapus
  14. Kalau saya termasuk katagori disleksia habis mba.......

    Salam

    BalasHapus
  15. Syukurlah mbak kalau sekarang udah lebih baik ya, jadi gak terlalu mengganggu kan.. Kalau baca buku dari belakang baru ke depan, apa alur ceritanya gak jadi muter2 mbak :p hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi..mak Arifah, justru itu malah buat saya jadi lebih asyik baca.. semacam sensasi tersendiri :D

      Hapus
  16. salam mba.
    saya 23 tahun. sepertinya menderita disleksia

    dari sekolah sampai kuliah .saya menghindari membaca. saya belajar dari apa yang saya dengar dan saya rasakan. pengelihatan saya baik . bahkan kata dokter sangat baik untuk umur segini sebagai gila gamers online yang sehari hari di depan komputer.

    sudah 1 tahun ini saya menjalani skripsi di universitas . tapi tidak kunjung beres. karena kesulitan membaca dan menulis.

    bagai mana agar saya menemukan cara agar dapat membaca dan menulis dengan baik. dengan kekurangan ini...??
    1 tahun ini saya merasa minder karena kekurangan ini .

    salam mba
    terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Mumu.. kenapa juga harus minder, setiap orang punya kemampuan berbeda. Kekurangan seperti kita ini bukan hal yang urgent. Santai aja. Untuk membaca dan menulis sampai saat ini pun saya tidak begitu menguasai dengan baik. Paling latihan fokus saja, walaupun agak lumayan kesulitan pada awalnya. Semoga membantu ya, kalau ada pertanyaan lain seputar masalah ini silahkan kontak saya saja di twitter atau fb :D

      Hapus
    2. Sy cowo mba. Hahaha.. fb ato twit nya apa yah?

      Hapus
  17. Wah hebat mba, semangat terus ya mba, keep blogging :). Jadi tau membaca buku dari belakang lumayan membantu untuk mengatasi disleksia, makasih sharingnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... iseng sih tadinya.. karena tuntutan kerja "waktu itu" jadi punya gaya manufer buat baca

      Hapus

Terima kasih sudah berkunjung di blog ini dan demi kesehatan jiwa dan raga *ahelah. Maaf komentar yang menyertakan link hidup akan saya hapus :))

Featured Post

NgeBlog Setelah Vakum 3 Tahun, Gimana rasanya?