Jumat, 06 September 2013

Analogi Hati Dan Opini

Marah, kecewa, benci semua menyatu kala mendapati pasangan yang tidak sepaham. Keributan besar ataupun kecil acap kali menjadi bagian dalam mengarungi rumah tangga. Terkadang hal sepele menurut versi kita, ternyata bisa menjadi besar dipandangannya. Terutama masalah anak dan ekonomi. Hal dua ini sering menjadi pemicu pertengkaran. Yang satu merasa benar yang satunya lagi merasa dipojokkan.

"Andai aku berada diposisi sebagai suami" kan kupikul tanggung jawab itu dengan segenap keihklasan, pantang menyerah. Tidak mengeluh dikala susah, tak mengeluh dikala sakit dan tak mengeluh bila ditimpa musibah. Semua kulakukan demi keluarga. Sekuat tenaga menjadi pemimpin yang arif, tidak  kasar dalam berucap dan bertindak, menjadi penyeimbang pasangan, menjadi contoh dalam kegigihan meraih impian. 

Mungkin karena pengaruh meodernitas, ternyata banyak keluarga yang pincang dalam mengambil keputusan. Merasa lebih pintar dan tahu segalanya, hanya akan memandang rendah dan kerap menyepelekan disaat berargumen. Sedangkan demi fitrahnya sebagai istri harus mengikuti apapun petunjuk suami "kewajiba mutlak" Namun seiring berkembangnya jaman, wanita saat ini mendominasi dalam keuletan, kepintaran, jabatan, supel, mampu menghalau rintangan dan tahan banting mengahadapi cobaan. Banyak para lelaki (khususnya suami) tidak mau mengakui kelebihan wanita dalam mengambil keputusan. Diri merasa tak diakui, tak dihormati dan terpojok kala mendapati kebenaran dari penjelasan ataupun pembelaan dari wanita (istri).

" Andai aku mampu memenuhi kriterianya" menjadi istri yang mampu memenuhi segala kebutuhannya, rumah yang bersih dan tertata rapi, anak anak yang sehat, makanan selalu tersaji juga sebagai obat dikala sakit. Mengibaratkan diri seperti jam, mengingatkan apabila ada yang terlupa. Mendengarkan kala berbicara, sesering mungkin memberi pelukan tanda dukungan, kecupan mesra tanda kasih"

Namun hanya sekian persen yang mampu terpenuhi, bukan tidak bisa memenuhinya, hanya saja kamipun (wanita) mempunyai alasan, "kenapa?"...


 ''Jangan pernah berharap lebih jika tak mampu memberi lebih''
"Jangan memberi petunjuk jika tak memberi petuah"
"jika ingin berjalan disatu haluan, bawalah perahu itu dan rangkul kami, ajak kami mendayung bersama"
"Jangan simpan kami di koridor yang dengan mudah tertelan ombak"

Bukti, bakti dan harga diri jangan dijadikan alasan tuk mengebiri, turut, ikut dan larut ada dalam makna sebuah kebersamaan hidup. Karena tuntutan hidup semestinya dikonfirmasikan dalam kesanggupan dan kerelaan.

Rabu, 04 September 2013

RENUNGAN KOPI..


Sebenarnya renungan kopi ini tidak sengaja saat memperhatikan segelas kopi yang tertuang di hadapanku saat ini. pikirku " untuk apa aku meminumnya? dan mengapa harus kopi, tidak yang lain!". Setiap hari yang dilalui selalu di temani segelas kopi, kopi hitam. 


Ya, aku amat menggemari minum kopi. Selain menguatkan pikiran juga bisa bikin tenaga ini tambah ekstra. Tak meminumya satu hari, ibarat orang sakaw. Badan jadi lemes dan pikiran kurang fokus, ini sih menurutku". 

Lalu kuperhatikan lagi segelas kopi ini. Hmm..ada sensasi yang aneh menurutku, sambil sesekali kuhirup seteguk demi seteguk. Kunikmati rasanya, aromanya dan ternyata kutelah membangun hubungan sangat erat dengannya. 

Bayangkan saja, begitu bangun tidur yang ku buat pasti kopi, selain meminum air putih terlebih dahulu tentunya. Sambil masak, saat santai, saat ngobrol bareng suami atau teman, saat melamun, dan tentunya saat menulis cerita renungan kopi ini. 

Kopiku menemaniku dengan setia. Lebih setia dari seorang sahabat, hehehe. Saatku terbangun tengah malam, karena tidak bisa meneruskan tidurnya lagi. Bergegas menuju dapur, kubuatlah si hitam manis ini. Di hadapan komputer sambil menulis, entah kenapa mata dan hati ini tak luput darinya. 

Pernah suatu waktu aku ke habisan kopi, ku belilah yang sachet, saat berjalan menuju warung para tetanggakupun tahu kalau aku pasti membeli kopi. Semua orang di sekitarku tahu kalau aku pecandu kopi. Kopi..kopi..dan kopi..Hmmm. 

Tapi kalau kakakku datang, wah bisa bisa ngumpet saya, ia suka ngelarang aku minum kopi..nyebelin' kalaupun mau ngopi musti yang pake campuran susu. Sedangkan aku tuh ga suka banget sama kopi yang ada susunya, suka sakit perut, ini terus terang aja sih. Tapi bukan berarti aku fanatik juga hihihihi. 

Sekalian mau berbagi renungan kopi 2 resep ala "sep yuli" niy... siap yaa..

Kopi penyemangat : 
Bahan : Kopi, Gula aren, air mendidih. Dan gelas yang ada pegangannya. (biar ga panas kalau dipegang) hehehe. 
Caranya : Tuangkan satu sendok makan penuh kopi hitam. Kemudian beri gula aren lalu seduh dengan air mendidih, kocek sebanyak 27 kali lalu minum dengan perlahan "srupuuut" JRENG!! dijamin dunia serasa milik sendiri..hahahaha.

Kopi Galau : 
Bahan : Kopi, Gula Pasir (bukan pasir pantai, ya), Air Panas, Gelas yang ga ada pegangannya.
Caranya : Tuang kopi ke dalam gelas, lalu masukkan gula pasir kemudian siram dengan air panas. Meminumnya harus dengan mimik muka sedih *tanda galau*. Srupuuut..galau sirna deh. 

Untuk resep resep yang lainnya editor sedang ngumpulin data dulu. Sabar ya, next episode pasti saya kasih lagi.
Semoga dengan meminum kopi bukan hanya kepuasan semata dimulut dan lenyap seketika. Tapi "beraktifitaslah yang sewajarnya sesuai kondisi. Tidak usah terlalu berlebihan".

Selasa, 03 September 2013

Ga Ada Kerjaan Banget Sih..!

Setiap malam ataupun hari libur, acapkali kulakukan hal ini. Entah mulai kapan kebiasaan ini dilakukan. Yang jelas, begitu muncul rasa gatal mulai menggerayangi. Padahal aku rajin membersihkannya. Mungkin ada banyak faktor hal ini bisa terjadi, entah itu stres, makanan dan pola hidup yang dijalani. 



Tanganku ini tak hentinya melakukan kegiatan ini. Sampai sampai anakku sering kuupah untuk membersihkannya. Jadi teringat waktu kecil dulu. Orang tuaku juga sering memintaku membersihkannya. Upahnya kala itu kalau ga salah lima rupiah, dan orang tuaku masih punya utang yang belum dibayarkan atas ajasaku ini. 

Yul, cabutin dulu uban bapak!'' nanti dikasih uang' Begitu bapaku selalu mengiming imingi agar aku mau melakukannya. Jika dikalkulasi mungkin aku sudah banyak mendapatkan hasil dari kerjaan ini...hehehe. Tapi yang paling menyebelin, Bapaakku suka lupa ngebayar jasaku. Alasannya "nanti dibayarnya kalau Bapak udah gajian".. huaaa.. kadang aku nangis. 

Waktu itu uang lima rupiah banyak banget. Kalau ga salah sekitar tahun 80an gitu deh..*hhihihi dah tue yaa eike*.
Eh.. kini pengalaman itu menimpa anakku..ahahaha..*uufh* kelakuanku sama  persis kaya Bapakku. Kadang aku ngutang dulu...hehehehehe. (jangan ditiru yaa). Tapi upahhnya sekarang udah berbeda, satu helai bisa seribu..nah loh!! kalau ubannya banyak...bisa tekor kite.. Dan kegiatan ini sekarang tambah rutin aja, hampir tiap hari dilakukan tapi jarang kupakai jasa anaku.. wong dia sudah besar.

Suka ga mau kalau dimintain tolong. Kalaupun mau, bayarannya minta dimuka..*weleh*!!. Anak sekarang emang lebih pinter dari orang tuanya. Dipikir pikir ternyata nyabutin uban itu emang hal paling menyenangkan dan kaya ga ada kerjaan lain lagi yaa..? Iseng memang, apalagi kalau sama orang lain. Kadang suka ngantuk dibuatnya. Hayooo... yang pernah pengalaman sama jangan ikut ikutan, yaa..' Untuk saat ini uban dirambut masih pada bocah alias kecil kecil, belum waktunya dipanen..*glek*. Paling nunggu dua minggu lagi..hehehe.

Senin, 02 September 2013

Ngantuk, Lapar Menunggu Kelar

Sedari pagi segala sesuatunya telah disiapkan. Masak buat anak anak ma suami, nyuapin baby. Beres semuanya si baby langsung dibawa sama pengasuhnya (titip tetangga) hihihi. Uang buat setor, KTP dan jiwa raga yang dimaksimalkan (duehh bahasanaya, hehehe). Tak lupa adu argumen dulu ma suami, ngebahas mau diantar engganya".., dalam hati sih, "mending pergi sendiri ga ribet, hehehe". Berhubung kendaraan di rumah cuma itu satu satunya (untuk saat ini *motor*) jadi kita rebutan...hahahaha. Maklum suami tipe orang yang segala sesuatunya harus beres secepatnya..nah loh! Sedangkan ane bininya, masih aga aga lelet gimana gitu..


Saatnya berangkat kerja. Hari ini rencananya mau buka rekening tabungan dulu di Bank Mandiri. Sudah minta ijin sama bos. Plus mau bayar cicilan..Sst ga usah tahu, ya?!"
Begitu sampai tempat tujuan..'ajegile, ngantri!! banyak banget sampai keluar gedung segala, ckckckc.. gawat niy, bisa bisa ga kelar satu dua jam. Lirik sana lirik sini,ngeliatin orang orang yang pada berbaris ngantri "busyet deh, kaya mau dibagi sembako gratis" pikirku dalam hati. Tak lama seorang satpam menghampiri "ada yang bisa kami bantu, bu?" tanyanya. Suami narik tangan "mama liatin apaan sih?! itu cepetin cari kursi CS yang kosong. 'Ada yang bisa kami bantu, bu?!' pa satpam tadi ngulang ucapannya. Ya, saya mau buka rekening..!. Oh, silahkan ibu isi formulir ini *sambil nyodorin kertas*, kalau sudah selesai ibu tinggal ngambil no antrian..!, terima kasih, pak.." jawabku setengah ga ngerti. 

Kubaca formulir ditangan dengan teliti, sambil ngisi, sebentar sebentar berhenti karena tulisan yang tertera terlalu kecil jadi musti dibaca ulang. Lalu suami ngomel "cepet diisinya..! gitu aja ko lama?! Sini saya bantu.."  Tapi aku ga ngegubris ucapannya. "Udah saya juga bisa ko..! sambil tersenyum kecut *beuhg*.. Tak lama namaku dipanggil, ternyata no antrianku sudah diambilin sama pa satpam tadi..*baiknya..', terima kasih ya pa satpam*. Dan seorang perempuan cantik menyapaku dengan sangat ramah..dan bla bla bla, lalu ia menjelaskan secara detail tentang segala peraturan di Bank Mandiri. Beres semua, ok deh..ternyata ga lama ko" pikirku. Lalu iapun memintaku menandatangani syarat syarat dan ternyata membubuhi tandatangan saja butuh waktu yang lumayan lama. "Itu loh, setiap nulis tanda tangan musti diulang sampai delapan kali...ckckck katanya tanda tanganku tidak sama dengan yang diktp..waduuuh.. jadi sedikit kesel dibuatnya. Ko, bisa ya..?! hihihihihi. 

Padahal yang mendekati banyak *pikirku sih*. Yang kesembilan kali baru gol, sukses. Tarik nafas dulu deh, whuuuuush', "Silahkan ibu menuju teller paling ujung, nanti tinggal minta kode verifikasi pinnya" ucapnya. Kutoleh jam yang ada didinding bank itu, walah.. sudah jam sebelas! gimana ini?! sedikit kalang kabut. Mana bbku drop batrenya ga bisa konfirmasi sama bos. "Coba pap, pinjam hpnya? seruku ma suami. mau ngasih kabar ke bos. Ternyata eh ternyata suami malah ga bawa hape, ketinggalan di rumah.. hahaha. Lengkap sudah kekalutan. "Sabar.." kata suami mencoba menenangkan. Nyari tempat dudukpun susah, penuh semua. lama berdiri lalu ada sorang yang mungkin kasiah liat saya berdiri. "Silahkan duduk, bu..!. Oh, ya terima kasih.. 

Entah karena gundah liat jam tadi atau karena belum sarapan. Tanpa sadar aku tertidur dikursi. Untungnya ada suami ia dengan halusnya membangunkan. "mah..mah.. ko tidur? bangun, tar diliatin orang malu. hihihihi... aku gelagapan. Laper pap..! ucapku. Ya, tar kalo udah beres kita beli makanan. Ga lama tibalah saatnya segala keresahan itu terobati dan tak membutuhkan waktu lama. Akhirnya.. Horee aku sudah punya rekening baru...!! dalam hati. Siap siap nunggu transferan niy..