Disudut ruang tempat ku berkutat dengan kesunyian, seakan tidak ada habisnya. Segala ingatan, khayalan, dan kemampuan seolah sengaja mengajak ku bermetafora. Nyamuk-nyamuk yang sedari tadi hinggap silih berganti, sekedar mencari makan. Aku diamkan. Toh, buat apa ribut dengan rasa gatal yang berefek setelahnya. Hayati polah mereka, hmm.. bukan suatu perkara mudah. Ya, sudahlah! Biarkan nyamuk-nyamuk itu berpesta pora dengan hidangan yang menggiurkan ini.
Kembali dicekam rasa gundah, padahal semestinya itu tak usah. Rasa ini selalu saja mengitari alam pikir. Setiap renungan yang kubiaskan seolah menanti perubahan. Lalu kutelisik urutan sejarah perjalanan yang belum bisa diuraikan dengan jelas. Terlalu banyak pengharapan dan ketidakpastian, tentunya datang dari rasa yang kupikir dan kulakukan. Masih terngiang diingatan, kala dunia begitu berwarna warni, memelukku dengan segala kegetirannya, polos, lugu dan penuh ambisi. Ah", masa kanak kanakku terjaring hanya dilamunan. Tapi sejenak terasa sangat menguji nyali. Bagimana tidak, alunan disetiap lakon yang diperankan, berubah ubah, ibarat air yang mengalir mengitari ruang ditempat dimana ia tersimpan. Ya, karena perjalan ini berliku dan penuh debu dan cucuran air mata kedewasaan.
Lalu terngiang pula, bagaimana aku melakoni setiap sejarah waktu. Diantara hina, nista, cemooh dan tepukan riuh para penghujat dilingkaran. Masih saja tertanam dalam nurani. Hanya satu keberanianku menjawab tantangan alam yaitu, berseru dan meliuk diantaranya. Padu padan keilmuan yang diserap. Menjadikanku seperti helaian kegigihan yang sengaja ditanam. Aku, dan diriku bersatu padu melalui waktu. Biarkan para pembuat berita menceritakan kisahku, tidak akan gentar semangat di dada ini. Karena lembayung jingga selalu menuntunku menyanyikan kisah apa adanya.
Lantas ku toreh setiap kejadian kedalam ingatan dan catatan, meskipun adakalanya tercecer entah kemana penggalan cerita itu satu persatu. Kan kukabari pada alam, bahwasanya keberanianku ini akan melintas disaat dan dimana kelak aku berdiri, dengan gagah berani. Kutebarkan aroma kebaikan daripadanya. Jangan singgung lagi kabar yang menyatan aku tak mampu. Semua kan tiba pada akhirnya, dimana kekuatan berkata dan bertindak akan segera kuwujudkan. Karena yakin alampun kan bersatu padu menyambut dan memelukku dengan erat, disetiap kegigihan yang tercipta. Lambat laun mulailah menepi dikehamonisan dan melenggangkan kealfaan yang pernah tersirat. Hmm, lamunan ini seakan menghakimi dan berdecak bertemankan sepi.
Tapi, tunggu dulu! ini hanya sekian kisah yang sengaja ku beritakan. Terlalu banyak sejarah yang dimiliki, tak mampu kekabarkan secara detail. Mungkin, hari dimana aku mampu bersenandung dengan kesunyian dan raga mengundangku kembali mengabarkannya. Tunggu aku, kawan.
Kembali dicekam rasa gundah, padahal semestinya itu tak usah. Rasa ini selalu saja mengitari alam pikir. Setiap renungan yang kubiaskan seolah menanti perubahan. Lalu kutelisik urutan sejarah perjalanan yang belum bisa diuraikan dengan jelas. Terlalu banyak pengharapan dan ketidakpastian, tentunya datang dari rasa yang kupikir dan kulakukan. Masih terngiang diingatan, kala dunia begitu berwarna warni, memelukku dengan segala kegetirannya, polos, lugu dan penuh ambisi. Ah", masa kanak kanakku terjaring hanya dilamunan. Tapi sejenak terasa sangat menguji nyali. Bagimana tidak, alunan disetiap lakon yang diperankan, berubah ubah, ibarat air yang mengalir mengitari ruang ditempat dimana ia tersimpan. Ya, karena perjalan ini berliku dan penuh debu dan cucuran air mata kedewasaan.
Lalu terngiang pula, bagaimana aku melakoni setiap sejarah waktu. Diantara hina, nista, cemooh dan tepukan riuh para penghujat dilingkaran. Masih saja tertanam dalam nurani. Hanya satu keberanianku menjawab tantangan alam yaitu, berseru dan meliuk diantaranya. Padu padan keilmuan yang diserap. Menjadikanku seperti helaian kegigihan yang sengaja ditanam. Aku, dan diriku bersatu padu melalui waktu. Biarkan para pembuat berita menceritakan kisahku, tidak akan gentar semangat di dada ini. Karena lembayung jingga selalu menuntunku menyanyikan kisah apa adanya.
Lantas ku toreh setiap kejadian kedalam ingatan dan catatan, meskipun adakalanya tercecer entah kemana penggalan cerita itu satu persatu. Kan kukabari pada alam, bahwasanya keberanianku ini akan melintas disaat dan dimana kelak aku berdiri, dengan gagah berani. Kutebarkan aroma kebaikan daripadanya. Jangan singgung lagi kabar yang menyatan aku tak mampu. Semua kan tiba pada akhirnya, dimana kekuatan berkata dan bertindak akan segera kuwujudkan. Karena yakin alampun kan bersatu padu menyambut dan memelukku dengan erat, disetiap kegigihan yang tercipta. Lambat laun mulailah menepi dikehamonisan dan melenggangkan kealfaan yang pernah tersirat. Hmm, lamunan ini seakan menghakimi dan berdecak bertemankan sepi.
Tapi, tunggu dulu! ini hanya sekian kisah yang sengaja ku beritakan. Terlalu banyak sejarah yang dimiliki, tak mampu kekabarkan secara detail. Mungkin, hari dimana aku mampu bersenandung dengan kesunyian dan raga mengundangku kembali mengabarkannya. Tunggu aku, kawan.