Jumat, 18 Oktober 2013

All About "Muka Badak" Alias Tebal

Menjawab tantangan dari Pa'Dhe Guslix tentang Muka Badak, "hmm.. yang ada dipikiran saya sih (sambil ngayal)

Muka badak identik dengan sesuatu yang "Tebal", entah itu tebal dandanannya, kelakuannya, tutur katanya, dan tingkah lakunya. Terutama yang dan paling positif sih, yaa tebal dompetnya..hihihihi (asal jangan kosong aja duitnya).
Add caption

Contoh Kalimat yang Mengandung Kata "TEBAL"

"Ih, si anu hebat loh! Dia "kebal" dengan semua benda tajam...(eh, maksudnya tebal kalee hehehe)



"Tuh, lihat! Udah dikasih tahu jangan suka macari bini orang, eh malah disengajain lenggak lenggok di karpet tebal"





"Wahh, gile! Masa baru aja kemarin ban motor di tambal, eh sekarang minta di Tebalin lagi..hmm, nasib..nasib"


"Hmm.. nasib nasib, begini nih kalo emak sibuk kerja, aku ga ada yang gendong, cuma dikasih baju tebal..


"Muka gue emang tebal ketampanan, makanya liat dong, dompet gue..nihh!!




"Daripada wajah cantik saya bikin masalah, mendingan pake topeng aja deh..toh banyak juga yang naggapin saya..!"


"Maaf Pak! Biarpun wajah saya lebih tebal dari muka Bapak, tapi mata saya mendingan, ga setebal mata Bapak.."


Sekian ketebalan saya dengan sedikit muka badak, karena sesungguhnya yang wajib menyandang kata "Muka Badak", Ya.. badak bercula, ada yang culanya satu ada yang dua. Kalau ada cula-nya tiga tolong kasih tahu saya, ya..? hehehe




Kamis, 17 Oktober 2013

Disleksia, Apa sih Itu?

Disleksia, Apa sih Itu?  Sebenarnya ini sih bukan suatu hal yang luar biasa, Disleksia. Ya, aku ternyata mengidap kelainan ini. Pada awalnya sih ga ngeh dengan nama penyakit ini. Aku merasa baik-baik saja ko', insya Allah jiwa ragaku sehat juga. Mungkin karena kini aku berkecimpung di dunia penulisan, jadi hal seperti ini baru diketahui. Mungkin juga setelan santer di media tentang orang orang yang mengidap kelainan ini.

Secara lebih khusus, saya biasanya mengalami masalah masalah berikut:


* Masalah fonologi

Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau keliru memahami kata kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima lupuh”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran namun berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.


* Masalah mengingat perkataan

Menurut penelitian disleksia mempunyai level intelegensi normal atau di atas normal namun mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Sulit menyebutkan nama teman-teman dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mampu menjelaskan suatu cerita namun tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.


* Masalah penyusunan yang sistematis / sekuensial

Saya mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu atau susunan huruf dan angka. Saya sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya (dulu) lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan. Padahal orang tua sudah mengingatkannya bahkan mungkin sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Dulu saya mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang jam 8 pagi. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.


* Masalah ingatan jangka pendek

Saya waktu kecil mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR matematikanya ya”, maka kemungkinan besar saya tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan beliau.


* Masalah pemahaman sintaks

Saya juga sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Saya mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan Diterangkan–Menerangkan (contoh: baju merah), namun dalam bahasa Inggris dikenal susunan Menerangkan-Diterangkan .


Dan inilah hal yang seringkali saya alami:

-Kesulitan mengenali huruf atau mengejanya

-Kesulitan membuat pekerjaan tertulis secara terstruktur misalnya essay

-Huruf tertukar tukar, misal ’b’ tertukar ’d’, ’p’ tertukar ’q’, ’m’ tertukar ’w’, ’s’ tertukar ’z’

-Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya

-Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (“di”, “ke”, “pada”).

-Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (”menulis” dibaca sebagai ”tulis”)

-Tdak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak pernah dijumpai

-Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batu-buta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama, minat-minta)

-Daya ingat jangka pendek yang buruk

-Kesulitan memahami kalimat yang dibaca ataupun yang didengar

-Tulisan tangan yang buruk *Ssst, jangan bilang sama yang lain,ya?* hehe..

-Mengalami kesulitan mempelajari tulisan sambung

-Ketika mendengarkan sesuatu, rentang perhatiannya pendek

-Kesulitan dalam mengingat kata-kata

-Kesulitan dalam diskriminasi visual

-Kesulitan dalam persepsi spatial

-Kesulitan mengingat nama-nama

-Kesulitan memahami konsep waktu

-Kesulitan membedakan huruf vokal dengan konsonan

-Kebingungan atas konsep alfabet dan simbol

-Kesulitan mengingat rutinitas aktivitas sehari hari

-Kesulitan membedakan kanan kiri dan ini masih berlaku sampai sekarang
(oh emji* ga banget deh)

Sembuh?

”Ketidak mampuan” di masa kecil yang nampak seperti ”menghilang” atau ”berkurang” di masa dewasa bukanlah karena disleksia nya telah sembuh namun karena saya berhasil menemukan solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksianya, walau terkadang sekarangpun masih sesekali melakukan kesalahan.


"Yaitu baca buku dari bagian belakangnya dulu. Jarang membaca dari awal. Ini salah satu solusi yang yang saya pakai. Dan sekarang, saya mampu baca novel tebal atau biografi, cuma butuh semalam dan tuntas.

Senin, 14 Oktober 2013

Ada Penampakan Depan Tempat Kerjaku


Hari ini, menjelang lebaran haji, kulihat si bos sama asistennya bersibuk ria di dapur. Mengolah menu makanan buat esok tentunya. Ada semur khas Palembang yang kuahnya pekat dan sarat akan bumbu, kuah sayur yang terdiri dari labu siam (waluh), plus buncis sebagai padanannya. Hmm..ngiler liat hasil olahan yang udah jadi. Pasti rasanya maknyoss abis deh. Wangi wangi gimana gituh hehehe.

Aku yang memang kebetulan berkantor (untuk sementara ini merangkap rumah)nya si bos. Bergerak di bidang Book Publishing. Karena kantor utama (pusat)nya ada di Jakarta. Hihihi.. mungkin si bos kasihan liat stylist-nya daripada nganggur ga karuan, "eits.. nganggurnya karena punya momongan lagi. Wuih sadaaf, AGB tua punya baby cyinnn, yuu maree. Dan kebetulannya lagi aku memang amat sangat minat menggeluti dunia penulisan, terutama sastra.

Jadinya, yaa.. kini aku terpaksa harus merelakan kemampuanku yang satu itu. Tapi ga ninggalin sama sekali ko. Kadang masih suka terima panggilan, entah itu motong rambut atau make up, kebanyakan dari para langgananku dulu. Salah satunya ya si bos-ku ini..hihihi. Terutama para langganan tetapku yang di rumah, suami dan anak anak, mereka free mendapatkan jasaku (yaiyah), secara emaknya punya kemapuan dibidang itu.

Kembali lagi ke topik awal, sedang asik asiknya si bos sama asisten grusak grusuk di dapur. Tiba tiba asisten si bos berkata "bu..bu itu ada siapa diluar? karena posisi dapur tegak lurus dengan jalur keluar rumah, jadi pasti keliatan siap siapa yang lalu lalang depan rumah. "Mana..? kami celingukan, karena kami lihat kearah yang ditunjukkannya, tidak ada apa-apa. Lalu aku perhatikan baik-baik, yealah.. ada wajah yang nonggol dilubang pagar. Raut wajahnya hitam sedikit terlihat gemuk, tiba-tiba aku merinding. "ah, jangan jangan..? Namun keperhatikan lebih seksama. Beneran, itu ternyata orang, yang keliatan cuma mukanya doang. Bergegas ku menghampiri sesosok wajah yang tidak ganteng itu *opst*. Begitu kudekati, aduh aduuuh ternyata Pa Satpam yang biasa jaga. Padahal kan bisa dong dia bunyiin pintu pagar atau apalah, yang sekiranya bisa didengar siempunya rumah, ckckck, dasarr!.

"Iya, Pa Satpam ada apa? tanyaku. "Bapanya ada?, sambil memberikan sehelai kertas karton warna merah" oh, mungkin maksudnya suami si bos. Kuterima kertas itu, "Oh, ada. Silahkan masuk Pak?" seruku, "ga usah, saya nunggu disini saja", ya sudah, aku bergegas masuk kedalam. "Pa, ini ada kartu iuran warga dari Pa Satpam, keberikan kertas itu ke suaminya si bos. "Itu Pa Satpam-nya nunggu diluar. Tanpa banyak bicara suami si bos langsung menemui Pa Satpam yang lagi nunggu.

Kini aku kembali berkutat dengan rutinitas pekerjaan. Lupakan masalah si Pa Satpam yang sesaat lalu bikin jantung deg-degan.

Minggu, 13 Oktober 2013

Aku Hanya Ingin Berkata Lewat Sastra

Termenung dikala kursi yang ku duduki menyilakan tuk dihempaskan badan ini.
Ditemani secangkir pekatnya kopi malam, menjadi pelampiasan waktu yang terkurung dipikiran.
Ya, kini aku dan pikiranku saling berkata hati, berkata iya dan berkata tidak ataupun jangan dan tak usah.

Hmm, lamunan macam apa yang tak mengetahui arah sebenarnya? Sudahlah, buat apa aku mempermasalahkan jalan jalan yang berkelok dan kadang berbatu.
Hening saat malam diantara rintihan kekosongan apa yang kumampu.


Hanya berdecak dan menghela napas, jadi tidaknya perkata yang kuuraikan, tak masalah! Toh aku hanya sekedar berbaik diri dengan keadaan. Suara tuts dari keyboard yang acapkali menemani kala hati ini resah, kadang sedikit menggangu, "ahh, aku sumpal saja dengan alas !" 

Tak tega lirih teriakannya membangunkan orang disamping. Kadang keasikan ini lepas kendali. Tekanan yang kulakukan terlalu membara, hingga berbunyi 'dreem..dremm..dremm'.

Suara TV yang lirik itupun menemaniku juga, sengaja volumenya kuelakkan dari kebisingan. Sekedar teman ditelinga, kalau aku tak sendiri. Jujur, ada sesuatu yang menurutku sedikit penghiburan, meski tak melihatnya. Halah..! Bicara apa aku ini ? hanya menjejali kalimat yang belum tentu menginspirasi.

Asli! ini bukan aku sesungguhnya loh!? Kan itu tadi kukatakan. Hanya ingin berkalimat saja. Daripada senggang itu, terdiam dan hampa.

Kawan jangan pula kau kacaukan kalimatku ini dengan keharuan,ya ? Anggap saja, relaksasi dari pemahaman akan kesenggangan waktu yang kadang terbuang diaktifitas semata.

Aku paham, kau tak akan sanggup memicingkan seutas lirikan dikalimat ini. Ga apa apa.. toh aku masih mampu berkaca pada cermin ini. Diri, hati dan ucap.

Lenggangkan saja kalimat penyesuaian, ya..? Agar ku mampu bertahan diarena pertemanan, tak apalah dibumbui rasa, asin, manis, pedas. Aku terima ko. Sungguh, karena karakter itulah yang sesungguhnya dicari dan ditempati dalam keranjang keberagaman otakku. 

Hayoo, berseru sedikit buatku..?! Pahamilah malam ini hanya ada kita, dia, kamu dan semesta yang melingkar. Bubuhkan garis pena, tebarkan pamrih ucap tuk ku jilat balik dan kusinggahi nanti.