Entah sejak kapan impian itu selalu kubangun untuk
mendatangkan keinginan yang sebenarnya. Mungkin yang aku ingat kala perasaan
yang tersisihkan diantara kehidupan yang dijalani. Dimana setiap jalan yang
kutempuh selalu saja terantuk dan berhenti dipikiran saja. Padahal selalu
kulakukan beberapa motede dalam melaksanakan beberapa syarat dan prasyarat,
entah itu melakukan riset atau sekedar menguji perasaan sendiri. Kubangun angan
itu dalam setiap ingatan, sebelum tidur dan bangun dari tidur. Namun apadaya semua
ya, itu tadi hanya berjalan dalam pikiranku semata. Dalam cerita itu kuselaraskan diriku sebagai
artis dalam setiap episode.
Niat
Tersimpan dalam khayalan semata, kubangun terus menerus impian itu. Sedikit demi sedikit mencurahkannya lewat catatan. Disetiap draff yang tersimpan selalu digaris bawahi. Sekedar mengingatkan tujuan. Menjadikan diri sebagai nara sumber, reportase sana-sini. Ternyata menambah semangat mengejar impian itu. Meskipun ada banyak kendala, entah itu waktu yang harus dibagi antara pekerjaan kantor dan urusan rumah tangga. Belum lagi dengan keberadaan bayi yang membutuhkan perhatian lebih. Tetap niatan itu menjadi skala prioritas, untuk apa? Untuk kesejahteraan dan masa depan anak-anak.
Usaha
Dalam melaksanakan apa yang sedang dibangun, tidak lupa meminta saran dari para ahli dibidang penulisan, mulai dari cara menceritakan, menarik minat pembaca dan trik supaya pembaca bisa larut dalam cerita yang disajikan. Tidak sampai disitu usaha dalam mewujudkannya, banyak membaca hasil karya orang lain, berinteraksi dengan orang-orang. Karena ternyata, mereka bisa menjadi inspirasi dari sebuah cerita yang akan dibangun. Tidak merasa minder apabila ada banyak kritikan, karena sebuah ketidaksesuaian dalam cara berpikir bisa mengembangkan segala imajinasi yang dirancang. Justru harus semakin tertantang dan mencoba untuk membuktikannya. Meski itu memakan waktu yang tidak singkat, sabar dan banyak berdoa. Insya Allah Tuhan maha mengetahui dan maha segalanya. Karena niat dan usaha yang dilakukan pasti ada imbalannya, apapun bentuknya itu.
Rencana Cerita
Sebut saja namanya “Enok” ya sebuah nama yang desa banget dan agak sedikit norak atau jadul. Dia adalah gambaran dimana aku
ingin menjadi seperti dirinya kelak. Seorang gadis desa yang lugu dan plos tapi
mempunyai kemauan keras dalam perubahan dihidupnya. Enok pergi dari desa ke
kota hanya untuk merubah nasibnya di kampung, dimana ia dan keluarganya hanya
mampu menjadi budak tuan tanah. Di kota yang disinggahi, bertemulah Enok dengan seorang bule yang ternyata adalah seorang penulis dan sutradara kenamaan di Amerika sana, ia mungkin
sudah ditakdirkan untuk bernasib mujur. Bertemu dengan seorang ekspatriat yang
kebetulannya lagi adalah seorang penulis handal. Dan Enok tidak
mengetahui ini. Awalnya Enok dipekerjakan sebagai asisten rumah tangga. Dalam perjalanan cerita itu ada banyak intrik antara penulusuran sang bule tentang kehidupan yang coba dituangkan kedalam tulisan, juga usaha Enok mengikuti jejak sang majikan sampai harus bermasalah dengan Kedutaan. Ending cerita, hasil karya Enok ternyata dijadikan sebuah film yang mendunia. Tapi sang majikan ternyata tutup usia kala Enok mencapai keberhasilannya. Dan meninggalkan warisan, sebuah tulisan rahasia.
Akhir Yang Membaggakan
Memang cukup lama sebuah proses yang dibangun dalam cerita itu, kira-kira sekitar dua puluh tahun yang lalu. "Ternyata aku telah mengangankannya sejak lama". Dan kudapati semua yang harapkan, materi keilmuan dan kesejahteraan. Terkenal dengan karya yang fenomenal, sungguh telah menjadi angan yang terpendam. Tinggal pelaksanaannya, mudah-mudahan segera terwujud.