Bismillahirohmannirrohim.
Hidup yang jelas dari pengalaman, menghidupkan makna hanya dari pemahaman artinya selama saya mengarungi kehidupan ini tak kurang dari berbagai deraan ombak dan tiupan angin sepoi-sepoi. Kadang menyejukkan kadang perih dirasakan. Saya terlahir dari keluarga sederhana yang untuk sekadar makanpun harus berjuang mati-matian. Masa kecil saya tidak sebagaimana umumnya anak-anak yang bisa dengan bebas mendapatkan apa yang diinginkan.
Kerap menahan tangis saat lapar mendera karena tidak ada yang bisa dimakan saat itu, harus menunggu kedatangan Bapak yang tidak menentu jam pulang kerjanya. Beruntung saya punya sifat cuek dan tomboy, sesulit apapun kedaan yang menimpa tidak pernah sekalipun membuat hidup saya patah arang, ditengah ketidakberdayaan ekonomi keluarga alhamdullilah saya selalu punya ide untuk bisa memenuhi kebutuhan utama satu itu, makan.
Disaat para tetangga membutuhkan pertolongan entah itu mengambilkan air, memijat atau dimintai tolong membeli kebutuhan meraka. Maka dengan sigap saya selalu mengiyakan permintaan itu. Tidak perduli berapapun materi yang diberi selalu saya terima dengan gembira, malah terkadang hanya diupah dengan sepiring nasi pun saya sangat senang. Pernah juga menjajakan es pepaya dan pisang molen, saat itu usia tujuh tahun kalau tidak salah ingat.
Ada kejadian lucu sewaktu berjualan es pepaya, saat menjajakan diwaktu terik matahari tanpa sadar sepanjang perjalanan es pepaya itu saya makan. Alhasil sewaktu ada orang yang mau beli, esnya sudah habis saya makan. Tidak paham dan tidak tau harus bagaimana mengatakan hal ini kepada pemilik es, dengan enteng saya bilang kalau esnya habis saya makan.
Dimarahin? Pastinya, dan saya tidak diperbolehkan lagi berjualan. Lain lagi cerita sewaktu berjualan pisang molen, dagangannya laris terus tiap hari namun keuntungan yang didapat tidak saya nikmati sendiri, keuntungannya itu sering saya berikan kepada seorang teman yang kehidupannya tak jauh beda dengan saya, hanya saja dia seorang anak yatim. Dan saya memang punya sifat tidak tegaan. Apa yang saya punya selama itu ada pasti akan saya bagi dua.
Melihat keadaan sekitar dan kejadian sehari-hari, membuat saya berpikir keras bagaimana caranya bisa mengubah dunia dan keadaan, saya tidak ingin melihat orang-orang yang senasib dengan saya larut dalam kepasrahan menerima nasib yang itu-itu saja. Mulailah saya bergerak dengan pikiran-pikiran dibarengi ide yang terkadang nyeleneh, diluar kebiasaan orang. Mulai dari mengumpulkan teman-teman, membuat berbagai prakarya dari barang bekas untuk di jual nantinya.
Alhamdullilah apa yang saya lakukan itu terdengar oleh pihak sekolah dan sayapun mendapat penghargaan dengan diberikan beasiswa untuk jangka waktu lima tahun (waktu melakukan kegiatan itu saya masih kelas 1 SD). Hal ini pun diikuti dengan nilai-nilai sekolah lumayan baik. Saat itu saya berpikir, tidak mentang-mentang mendapat beasiswa lantas seenaknya, saya harus mampu menunjukkan prestasi demi balas budi kepada pemerintah dalam hal ini sekolahan.
Mengejar kesesuaian, live to the max!
Beranjak dewasa dan berumah tangga, kembali terulang kisah masa kecil, ya, ekonomi, walaupun tidak sama kejadiannya. Sempat stres dan marah, beruntungnya saya bukan tipe orang yang mudah putus asa, ditengah keterpurukan ekonomi setelah suami terkena PHK besar-besaran dan suami sampai hilang semangat utuk mencari pekerjaan, kehidupan saya saat itu seakan berada dititik terendah.
Beruntung Allah memberi ujian seberat itu yang membuat saya nyatanya mampu bangkit dan bergerak. Mulailah dengan mencari pemasukan untuk membantu suami dari berjualan kerudung, masakan, kerupuk, menjualkan barang dagangan (baju dan peralatan rumah tangga) orang, semua saya lakukan dengan penuh keikhalasan, sampai akhirnya bisa mendirikan sebuah warung kecil-kecilan. Bahagia rasanya bisa memampukan diri.
Sebagai penyuka tantangan, suatu saat sewaktu saya bekerja di sebuah salon kecantikan. O iya, ditengah kebahagian bisa mendirikan warung itu, saya mendapat tawaran dari seorang teman untuk mengisi lowongan pekerjaan di Salon. Ini kesempatan baik bagi saya untuk mengembangkan diri, dan kembali lagi-lagi demi kesejahteraan keluarga.
Bermodalkan tekad saya diterima di salon sebagai asisten kapster dengan tugas beres-beres dan mencuci rambut. Tugas itu hanya saya lakukan selama tiga bulan saja, saya akhirnya dipercaya untuk melakukan tugas sebagai
hairstylish dan
make up. Apakah saya punya
basic untuk melakukan tugas itu? Sama sekali tidak. Saya hanya belajar dari lingkungan dengan seringnya memperhatikan teman yang sedang memotong rambut atau merias wajah.
Ini tandanya penghasilan sayapun meningkat, alhamdullilah tentunya. Dan sebuah kendaraan roda dua pun saya miliki, meskipun dengan mencicil selama tiga tahun dan melunasinya sebelum waktunya.
Semakin aktifnya di dunia pekerjaan itu membuat saya harus benar-benar memperhatikan kesehatan tubuh, karena bekerja di Salon bisa seharian berdiri, tangan bekerja tanpa henti, tak jarang hal ini sempat membuat tubuh
drop.
Beruntung waktu itu ada klien di salon yang menyarankan untuk mengkonsumsi
Theragran-M jadi saat sakitpun tidak perlu berlama-lama, dan Theragran ini memang nyata ampuhnya sebagai
vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan juga
mengembalikan kondisi tubuh setelah sakit. Jadi saya pun mampu beraktivitas kembali dengan cepat.
 |
Source by jejakatadotcom |
Inilah saya sekarang, yang selalu tertantang dengan pekerjaan lain dengan berkecimpung di dunia blogger, banyak sebenarnya kejadian-kejadian yang memilukan dan miris tapi saya belum sanggup menceritakannya. Yang jelas dibalik semua itu menjadikan saya pribadi yang berusaha untuk selalu tegar dan bersemangat dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
Dan dengan tulisan ini ada berjuta harap dan impian untuk bisa berbagi kepada sesama teman blogger lainnya ataupun siapa saja yang membaca kisah ini, bahwa hidup itu hanya bisa dilakukan dengan perbuatan. Ingin maju ya bergerak, ingin sukses ya bekerja keras.
*Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh
Blogger Perempuan Network dan Theragran-M*