"Kan sudah kubilang. Jangan suka melirik lagi padaku!! Karena sebenarnya aku sudah ingin merasakan rasa muakku ini. Selalu saja kau ini mengusikku. Entah siang entah malam. Apa sih, maumu? Jawab?!!
Oh, sekarang aku tahu. Pasti kamu selalu Jatuh Cinta setiap berada didekatku, ya? hayoo. Ngaku aja?! Eit. Tapi tunggu dulu. Aku sebenarnya penasaran kenapa selama dua puluh satu tahun ini. Kau selalu saja setia mengekorku.
Padahal aku pernah kau jerumuskan kedalam lembah pesakitan yang amat merugikan. Tahu!! Kau sepertinya tidak peduli kala itu aku tidak punya uang sepeserpun untuk berobat. Lalu kau hanya terdiam setelah aku terkapar tak berdaya. Dimana nalurimu?" Sekarang aku inginkan pembelaanmu. Kenapa?
Lalu kuhempaskan si hitam kedalam wadah.
***
Kuraih sibening kedalam genggamanku. Lalu kusodorkan pada ceruk dispenser bagian panasnya. Aku hanya sekedar berempati pada tubuh ini. Dan mencobaUntuk menyegarkan aliran darah yang sesaat lalu tersendat kena arus si hitam.
Tanpa bayangan yang selalu mengikutiku selama ini. Kumencoba melakukan ritual perpisahan dengan si hitam. Kuikat, lalu kulemparkan begitu saja diatas meja dapur.
Namun apa dinyana. Ada perasaan yang mengigit dalam sanubari dan asa kesedihan yang begitu dalam. Setelah kupikir pikir ternyata aku merasakan Patah Hati yang teramat menyakitkan.
Lalu berlariku. Kupeluk dan kuciumi si hitam dengan penuh penghayatan. Pikirku. "Ahh..Saatnya nyeduh kopi hitam..."